INFANTERI TERBAIK UMMAT RASULULLAH

Salamah bin Al-Akwa termasuk salah seorang yang ikut bai’at ‘Aqabah dan bai’at Ridhwan. Bai’at ‘Aqabah adalah perjanjian masuk Islam, sedangkan bai’at Ridhwan adalah perjanjian untuk memerangi kaum musyrikin. Berarti Salamah bin Al-Akwa’ adalah salah seorang shahabat yang mengucapkan 2 (dua) kali syahadat kepada Baginda Rasul.

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”.(Al-Fath:18)

Salamah bin Al-Akwa’ masuk Islam pada usia 13 tahun bersama Bani Aslam. Baginda Rasul bersabda,”Ghifar, semoga Allah ampuni mereka; Aslam, semoga Allah selamatkan mereka”.(Hadits Riwayat Ad-Darimi)

Salamah bin Al-Akwa’ bergelar pasukan jalan kaki terbaik yang telah terlibat dalam 7 (tujuh) peperangan bersama Baginda Rasul. Pada perang Dzi Qirad, Salamah bin Al-Akwa’ berhasil menghalau Bani Ghatafan yang menyerang Madinah seorang diri dan membuktikan dirinya seorang Infanteri terbaik dari Ummat Rasulullah.

Salamah bin Al-Akwa wafat pada usia 80 tahun, tepatnya pada tahun 74 Hijriyah.

Perang Dzi Qird

Ekspedisi Dzi Qirad atau Dzu Qarad yang juga dikenal sebagai Ekspedisi Ghaba berlangsung pada bulan September, 627 M, 6 H dalam kalender Islam, beberapa ulama mengatakan bahwa itu terjadi tepat sebelum Pertempuran Khaybar, pada bulan ke-12 6 H.

Beberapa hari setelah Baginda Rasul kembali ke Madinah dari ekspedisi ke Banu Lihyan, sekelompok orang bersenjata dari Bani Ghatafan yang dipimpin oleh Abdur Rahman Uyanah bin Hisn Al-Fazari menyerbu pinggiran kota; dan menyita 20 ekor unta betina. Mereka juga membunuh penggembala dan membawa istrinya sebagai tawanan dari Bani Ghifar.

Penyebab Perang Dzi Qird

Uyaynah bin Hisn al-Fazari kesal karena Muhammad telah memutuskan negosiasi dengannya tentang penarikan Ghatafan.

Abdur Rahman Uyanah bin Hisn Al-Fazari melakukan penggerebekan, menjarah unta-unta milik Baginda Rasulullah, dan membunuh orang yang merawat unta serta menculik istrinya dari Bani Ghifar. Salamah ibn al-Akwa’ adalah orang pertama yang mengetahui hal ini, dan dia mengejarnya. Baginda Rasul kemudian mengetahui dan bergabung dalam pengejaran.

Tempat pertempuran itu dikenal sebagai Dzi Qird atau Dzu Qard, sebuah tempat reservoir air dalam perjalanan sehari dari Madinah. Menurut mayoritas ulama, peristiwa ini terjadi tiga hari sebelum pertempuran Khaibar.

Perburuan terjadi, unta serta wanita yang diculik berhasil dibawa kembali. Baginda Rasulullah dalam perjalanannya kembali ke Madinah sempat berhenti di sebuah tempat bernama Dzu Qard dan menyembelih seekor unta. 

Baginda Rasul yang mendapatkan info Rabah tentang perampokan tersebut mengumpulkan 500-700 pejuang, tetapi ditindaklanjuti dengan mengirimkan 40 pasukan kavaleri berkuda, dan seorang infanteri terbaik, dialah Salamah bin al-Akwa’. Saat itu, pasukan Islam berhasil membunuh 4 orang perampok dari Bani Ghatafan.

Baca Juga: Berkah Nama dari Rasulullah SAW

Pengejaran Perampok oleh Infanteri Terbaik

Ketika fajar menyingsing, Abd al-Rahman al-Fazari melakukan serangan dan merampok semua unta Rasulullah, dan membunuh orang yang menjaga mereka. Aku berkata: Rabah, tunggangi kuda ini, bawa ke Thalhah bin 'Ubaidullah dan Informasikan kepada Rasulullah bahwa kaum musyrik telah mengambil unta-untanya. Lalu aku berdiri di atas bukit kecil dan memalingkan wajahku ke Madinah, berteriak tiga kali: Ayo bantu kami. Aku Lalu aku berangkat mengejar para perampok, menembaki mereka dengan panah dan melantunkan syair:

Saya anak al-Akwa’

Dan hari ini adalah hari kebinasaan bagi orang-orang jahat.

Aku menyusul seseorang dari mereka, menembakkan panah yang menembus pelana kudanya dan menembus bahunya. dan saya (Salamah) berkata: Ambillah!!! sambil melantunkan syair.

Dan aku anak al-Akwa '

Dan hari ini adalah hari kebinasaan bagi orang-orang jahat.

Demi Rabb, saya terus menembaki panah ke arah mereka dan membuat hamstring pada hewan mereka. Setiap kali seorang penunggang kuda berpaling kepada saya, saya bersembunyi dibalik pohon dan (menyembunyikan diri) dan duduk di akarnya. Kemudian saya tembakkan panah kembali dan melumpuhkan kudanya. Akhirnya mereka memasuki ngarai gunung yang sempit. Saya mendaki gunung itu dan menahan mereka di teluk sambil melemparkan batu ke arah mereka.

Saya terus mengejar mereka dengan cara ini sampai saya mendapatkan semua unta Rasulullah yang dilepaskan dan tidak ada unta yang tersisa bersama perampok. Mereka meninggalkan saya; kemudian saya mengikuti mereka terus menerus dan menembaki mereka sampai mereka menjatuhkan lebih dari tiga puluh mantel dan tiga puluh tombak.

Merebut beban mereka dan pada setiap beban yang mereka jatuhkan, saya beri tanda dengan (sepotong) batu sehingga Rasulullah dan para sahabatnya dapat mengenali bahwa itu adalah jarahan yang ditinggalkan oleh musuh. Mereka melanjutkan perjalanan hingga ke sebuah lembah sempit.

Kala mereka duduk sarapan dan melihat saya yang duduk di atas batu yang tegak. Abdur Rahman Uyanah bin Hisn Al-Fazari berkata,”Siapakah orang yang saya lihat itu?”. Mereka berkata,”Orang ini telah mengganggu kami. Demi Tuhan, dia tidak lelah mengikuti kami sejak senja dan (terus menerus) menembaki kami sampai dia merebut semuanya dari tangan kami”.

Abdur Rahman Uyanah bin Hisn Al-Fazari berkata: Empat dari kalian harus lari ke arahnya (dan bunuh dia). Lalu empat dari mereka naik gunung menuju ke arah saya. Ketika memungkinkan bagi saya untuk berbicara dengan mereka, saya berkata: Apakah Anda mengenali saya? Mereka berkata: Tidak. Siapakah engkau? Saya berkata: Saya Salamah, putra al-Akwa '. Demi Kholiq yang memuliakan wajah Muhammad, saya bisa membunuh siapa pun yang saya suka tetapi tidak ada dari kalian yang bisa membunuh saya.

Salah satu dari mereka berkata: Saya pikir (dia benar). Jadi mereka kembali. Saya tidak beranjak dari tempat saya sampai saya melihat para penunggang kuda yang datang melalui pepohonan.

Yang paling terdepan di antara mereka adalah Akhram al-Asadi. Di belakangnya adalah Abu Qatada al-Ansari dan di belakangnya adalah al-Miqdad bin al-Aswad al-Kindi. Saya memegang kendali kuda Akhram. Melihat hal tersebut, mereka (para perampok) melarikan diri. Aku berkata (kepada Akhram): Akhram, jaga dirimu sampai Rasulullah dan para sahabat yang lain bergabung denganmu. Dia berkata: “Salamah, jika Anda percaya kepada Allah dan hari kiamat dan (jika) Anda tahu bahwa surga adalah kenyataan dan neraka adalah kenyataan, Anda tidak boleh berdiri di antara saya dan duduk diam”. Jadi saya biarkan dia pergi. Akhram dan Abdur Rahman Uyanah bin Hisn Al-Fazari bertemu dalam pertempuran.

Akhram menghajar kuda Abdur Rahman Uyanah bin Hisn Al-Fazari dan yang terakhir memukulnya dengan tombak dan membunuhnya. Abdur Rahman Uyanah bin Hisn Al-Fazari berbalik menunggang kuda Akhram. Abu Qatada, seorang kavaleri tangguh dari pasukan Rasulullah, bertemu Abdur Rahman Uyanah bin Hisn Al-Fazari (dalam pertempuran), memukulnya dengan tombaknya dan membunuhnya. Aku mengikuti mereka, berlari dengan kakiku sehingga aku tidak bisa melihat di belakangku sahabat-sahabat Rasulullah yang lain, atau siapa pun. Pandangan tertutup debu yang ditimbulkan oleh kuda mereka. Saya terus mengikuti mereka sampai sebelum matahari terbenam mereka mencapai lembah yang memiliki mata air, yang disebut Dzu Qard, sehingga mereka dapat minum, karena mereka haus. Mereka melihat saya berlari ke arah mereka. Aku mengusir mereka dari lembah sebelum mereka bisa meminum setetes airnya. Mereka meninggalkan lembah dan lari menuruni lereng. Saya berlari di belakang mereka, menyusul seorang pria dari mereka, menembaknya dengan panah menembus pundak dan berkata: Ambil ini.

Saya putra al-Akwa '; dan hari ini adalah hari pemusnahan bagi orang-orang yang jahat.

Orang itu (yang terluka) berkata: Semoga ibunya menangisi dia! Apakah Anda Akwa' yang mengejar kami sejak pagi?

Aku berkata: Ya, hai musuh dirimu sendiri, Akwa' yang sama. Mereka meninggalkan dua kuda mati lelah di bukit kecil dan saya datang menyeret mereka kepada Rasulullah.

Saya bertemu dengan 'Amir yang membawa wadah berisi susu yang diencerkan dengan air dan wadah berisi air. Saya berwudhu dengan air dan minum susu.

Kemudian saya datang kepada Rasulullah. Ketika Rasulullah telah berada di mata air, tempat dimana saya telah mengusir kaum musyrik. Rasulullah telah menangkap unta-untanya kembali serta semua tombak dan mantel yang telah saya rampas dari kaum musyrik. Lalu Bilal telah membantai seekor unta betina dari unta yang telah saya sita dari orang-orang musyrik tersebut, dan memanggang hati dan punuknya untuk Rasulullah.

Saya berkata: Rasulullah, izinkan saya memilih dari orang-orang kami seratus orang dan saya akan mengikuti para perampok dan saya akan menyelesaikan mereka semua sehingga tidak ada yang tersisa untuk menyampaikan berita kehancuran mereka kepada orang-orang mereka di Mekkah.

Mendengar kata-kata saya ini, Rasulullah tertawa sehingga gigi gerahamnya bisa terlihat dalam cahaya api, dan dia berkata: Salamah, apakah Anda pikir Anda bisa melakukan ini? Saya berkata: Ya, demi KhaliqYang telah memuliakan Anda.

Baginda Rasul bersabda,”Sekarang mereka telah sampai di tanah Ghatafan di mana mereka berasal”. 

Lalu Baginda Rasul bersabda: "Wahai Al Akwa', kamu telah melakukan suatu hal yang sangat tepat." Kemudian kami kembali pulang dengan membonceng di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di atas untanya, hingga kami memasuki kota Madinah." 

Demikianlah, kisah patriot dari seorang infanteri terbaik dari Ummat Rasulullah.

PENUTUP

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id(1) telah menceritakan kepada kami Hatim(2) -yaitu Ibnu Isma'il- dari Yazid bin Abu 'Ubaid(3) dia berkata; aku mendengar Salamah bin Al Akwa'(4) berkata, "Aku keluar kota sebelum adzan pertama dikumandangkan, sedangkan unta-unta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam digembalakan di Dzu Qard." Salamah berkata, "Tiba-tiba budak Abdurrahman bin Auf mendatangiku seraya berkata, "Unta-unta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah dirampok." Maka aku bertanya, "Siapa yang merampoknya?" dia menjawab, "Bani Ghathafan." Salamah berkata, "Kemudian aku berteriak hingga tiga kali, "Tolooong...!" Salamah berkata, "Hingga suaraku terdengar hingga ke seluruh pojok kota Madinah, kemudian aku bertolak hingga menemui mereka di Dzu Qard, sedangkan mereka baru minum dari sumber air, maka aku melempari mereka dengan panah sambil bersenandung, 'Aku adalah Ibnu Al Akwa', pada hari ini adalah hari kebinasaan.' Aku masih bersenandung hingga aku dapat mengambil kembali unta-unta beliau dari mereka, dan membawa tiga puluh kain burdah dari mereka." Salamah berkata, "Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang disertai dengan beberapa orang, aku lalu berkata, 'Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku telah menghalau mereka dari sumber air, padahal mereka sangat kehausan, maka utuslah kepada mereka sekarang juga.' Maka beliau bersabda: "Wahai Al Akwa', kamu telah melakukan suatu hal yang sangat tepat." Kemudian kami kembali pulang dengan membonceng di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di atas untanya, hingga kami memasuki kota Madinah."(Hadits Riwayat Muslim, 3371)

Referensi

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/06/m0gjt8-kisah-sahabat-nabi-salamah-bin-alakwa-pahlawan-pasukan-jalan-kaki-1

Penulis

Abu Hayat Al-Fatah




















Komentar